Burnout

Ada yang pernah dengar istilah ini kah sebelumnya??

mungkin akhir-akhir ini istilah ini menjadi sering muncul di lingkungan kita. sebelum membahas lebih dalam lagi tentang Burnout…yuk kita pahami dulu arti dari istilah ini!!

Burnout adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi stres berat yang dipicu oleh pekerjaan. 

Istilah burnout diperkenalkan pertama kali pada tahun 1974 oleh seorang psikolog bernama Herbert Freudenberger. Ia menulis tentang fenomena burnout dalam sebuah artikel pada tahun 1974. Saat itu, Freudenberger yang bekerja sebagai psikiater di salah satu klinik kecanduan obat di New York melihat bahwa banyak tenaga relawan mengalami penurunan motivasi dan komitmen kerja yang disertai dengan gejala keletihan fisik dan mental. Freudenberg mendefinisikan burnout sebagai “keadaan kelelahan mental dan fisik yang disebabkan oleh kehidupan profesional seseorang”. Selanjutnya Freudenberger melakukan observasi dan membuat daftar fase dan gejala burnout bersama koleganya, Gail North.

Pada tahun 1981, Christina Maslach, seorang psikolog sosial dari University of California, Berkeley, menggambarkan burnout sebagai kelelahan emosional, depresi, bersikap cenderung sinis, dan berkurangnya motivasi pribadi dalam pekerjaan.

Stamm, B dalam ProQUOL (Professional Quality of Life) Manual menjelaskan burnout dalam perspektif penelitian yang diasosiasikan dengan perasaan tanpa harapan dan kesulitan untuk melakukan pekerjaan atau kesulitan mengerjakan pekerjaan secara efektif. Stamm juga menjelaskan bahwa biasanya perasaan negatif akan muncul secara perlahan dan seseorang akan merasa bahwa usaha yang ia lakukan tidak membawa perubahan apapun.

Dilansir dari Help Guide, burnout adalah kondisi kelelahan emosional, fisik, dan mental karena stres berlebihan dan berkepanjangan. Kondisi tersebut membuat seseorang jadi kewalahan, kelelahan secara emosional, dan rasanya tidak mampu menjalankan tanggung jawab keseharian.

Melalui definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kejenuhan kerja atau burnout merupakan suatu kondisi psikis negatif individu yang tampak dalam perilakunya, ditandai dengan tingkat kelelahan yang ekstrim, kejenuhan dan penurunan pencapaian prestasi diri akibat tekanan yang bersifat psikologis.

Burnout tidak boleh dibiarkan berlarut-larut dan perlu diatasi dengan tepat karena dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental.

Pernah ga, kalian suatu senin pagi, ketika mau berangkat ke kantor mendadak pusing atau sakit perut?, atau pernah ga kalian ketika mendekati deadline menjadi sering sakit?

Siapa saja bisa mengalami burnout. Namun, kondisi ini lebih banyak terjadi pada orang yang sering memaksa diri untuk terus bekerja, kurang mendapatkan apresiasi pekerjaan dari atasan, memiliki beban kerja yang berat, atau memiliki pekerjaan yang monoton.

Terlebih situasi pandemi yang tidak menentu kerap membuat seseorang rentan mengalami “burnout”. Jika tidak dicegah, ”burnout” dapat mengganggu kualitas hidup hingga menurunkan produktivitas bekerja.

Kalau kelelahan secara fisik saja dengan istirahat bisa selesai. Kalau kelelahan emosional, dengan istirahat saja belum tentu selesai. Maka harus ada intervensinya,”

sepertinya untuk kondisi-kondisi diatas juga harus dipahami oleh pihak management dan atasan. bagaimana mereka dapat mengkondisikan sehingga karyawan dapat tetap produktif. Burnout dipicu oleh stress berat di tempat kerja  yang tidak teratasi sehingga membuat penderitanya kehilangan semangat bekerja, bahkan kehilangan minat untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.

Ciri-Ciri Burnout

Setiap orang tentu pernah merasa kelelahan dan stress dalam bekerja. Akan tetapi, seorang yang mengalami burnout cenderung akan merasakan atau menampakkan ciri-ciri berikut ini:

1. Hilangnya semangat bekerja dan cepat lelah

Salah satu ciri burnout adalah hilangnya semangat bekerja dan minat terhadap pekerjaan yang sedang dikerjakan. Tetap bekerja tanpa adanya semangat dapat menguras banyak energi sehingga memicu kelelahan. Kelelahan yang berlebihan akan membuat imunitas seseorang menjadi menurun dan mudah terkena penyakit.

2. Benci dengan pekerjaan yang digeluti

Burnout bisa menyebabkan stres dan frustrasi saat bekerja. Ini membuat seseorang menjadi sulit berkonsentrasi, merasa tidak kompeten dan terbebani. Akhirnya membenci pekerjaan yang sedang ia geluti.

3. Performance kerja menurun

Burnout juga bisa menyebabkan performance kerja menurun. Hal ini dipicu oleh hilangnya minat terhadap pekerjaan yang sedang dijalani membuat hasil yang dicapai menjadi kurang memuaskan.

4. Mudah marah

Orang yang sedang merasakan burnout cenderung akan mudah untuk marah, apalagi jika semuanya tidak berjalan sesuai dengan ekspektasi. Ditambah lagi, performa kerja yang menurun dapat menyebabkan pekerjaan terus menumpuk. Hal ini dapat memicu stres dan emosi yang membuat penderita burnout jadi lebih sensitif.

5. Menarik diri dari lingkungan sosial

Stres dan frustrasi akan pekerjaan membuat penderita burnout bersikap sinis terhadap orang-orang yang bekerja dengan mereka.

Pekerjaan yang digelutinya dianggap sebagai beban hidup sehingga membuat mereka enggan atau berhenti bersosialisasi dengan rekan kerja, teman, maupun anggota keluarga yang terlibat dalam pekerjaan tersebut.

6. Mudah sakit

Burnout yang terjadi secara berkepanjangan atau tidak diatasi dengan baik dapat membuat imunitas tubuh mudah menurun. Kondisi ini dapat membuat seseorang rentan terkena flu, pilek, sakit kepala, dan sakit perut. Selain itu, risiko untuk alami gangguan tidur, gangguan kecemasan, dan depresi  dapat meningkat.

Ciri-ciri burnout yang perlu diwaspadai

Sebagian orang pasti pernah merasakan tidak berdaya, merasa kewalahan, atau segala sesuatu yang dikerjakan tidak ada artinya. Wajar jika kondisi seperti itu terjadi sesekali. Jika kamu terus-menerus berkutat dengan pikiran negatif tersebut, bisa jadi hal itu tanda burnout. Seperti disinggung di atas, burnout merupakan proses bertahap dan tidak muncul dalam semalam.

Ciri-ciri burnout bisa tidak kentara, tapi bakal lebih parah seiring berjalannya waktu, antara lain:

Ciri-ciri burnout dari perubahan fisik:

– Merasa lelah dan tidak punya energi sepanjang waktu

– Imunitas menurun, gampang sakit

– Sering sakit kepala atau nyeri otot

– Perubahan nafsu makan, bisa makan terus atau tidak doyan makan

– Perubahan kebiasaan tidur, tidur terus atau susah tidur

Ciri-ciri burnout dari perubahan emosional:

– Kerap merasa gagal dan meragukan diri sendiri

– Merasa tidak berdaya, terjebak, atau kalah

– Merasa terasing atau sendirian

– Kehilangan motivasi

– Sinis dan negatif dalam memandang hidup

– Menurunnya rasa puas dan pencapaian

Ciri-ciri burnout dari perubahan perilaku:

– Enggan mengerjakan tanggung jawab

– Mengisolasi diri dari orang lain

– Menunda-nunda atau butuh waktu lama untuk merampungkan suatu tugas

– Melampiaskan rasa tidak nyaman dengan makan, merokok, atau hal yang tidak sehat lainnya

– Kerap melampiaskan amarah kepada orang lain

– Sering mangkir dari tugas, datang telat, atau pulang lebih awal

Cara Mengatasi Burnout

Burnout yang tidak teratasi dengan baik dapat berdampak buruk terhadap kesehatan fisik dan mental. Oleh karena itu, jika gejala atau ciri-ciri burnout muncul, Anda disarankan untuk mengatasinya dengan langkah-langkah berikut ini:

1. Buat prioritas

Buatlah prioritas pekerjaan dari yang penting ke yang kurang penting. Dengan begitu, Anda tahu mana yang perlu dikerjakan terlebih dahulu, sehingga energi yang terkuras tidak terlalu banyak.

2. Bicarakan dengan atasan

Komunikasikan dengan atasan mengenai kerisauan yang Anda rasakan. Saat Anda diberikan pekerjaan yang terlalu banyak, ungkapkan bahwa pekerjaan tersebut membuat Anda terbebani dan membutuhkan bantuan orang lain untuk menyelesaikannya.

Jika atasan Anda yang menjadi pemicu burnout di tempat kerja, coba ajak bicara bagian departemen sumber daya manusia (HRD) mengenai hal tersebut. Mereka mungkin akan mencarikan solusi yang tepat, misalnya memindahkan Anda ke tim yang lain.

3. Kurangi ekspektasi dan berikan apresiasi terhadap diri sendiri

Atur pola pikir dan bersikaplah realistis, sehingga Anda dapat menurunkan ekspektasi terhadap pekerjaan yang tengah dikerjakan. Dengan begitu, kecemasan dan stres di tempat kerja dapat berkurang. Selain itu, jangan lupa untuk memberi apresiasi terhadap diri sendiri terhadap prestasi yang pernah dicapai.

4. Ceritakan kepada orang yang dapat dipercaya

Coba ceritakan apa yang Anda rasakan kepada orang-orang terdekat yang dapat Anda percaya. Meski tidak selalu mendapatkan solusi, cara ini dapat membantu melepaskan emosi negatif dan mengurangi stres pekerjaan.

5. Jaga keseimbangan hidup

Jaga keseimbangan hidup dengan baik. Anda juga perlu untuk bersantai dan melupakan pekerjaan sejenak dengan pergi bersama teman atau melakukan hal yang disukai seusai jam kerja berakhir. Ini dapat membuat pikiran kembali jernih dan Anda siap untuk bekerja kembali keesokan harinya.

Jika memungkinkan, ambil cuti dan pergilah berlibur, karena ini juga dapat membuat pikiran Anda kembali jernih, semangat, dan termotivasi kembali.

6. Ubah gaya hidup

Terapkan gaya hidup sehat dengan cara mengonsumsi makanan sehat, rutin berolahraga, dan tidur yang cukup. Hal-hal ini dapat mendukung tubuh yang sehat dan pikiran yang lebih mudah fokus, sehingga menurunkan risiko terjadinya burnout.

Selain itu, Anda juga bisa mencoba mencari hobi baru dan melakukan hal-hal menarik  yang belum pernah dilakukan sebelumnya untuk mengatasi burnout.

Burnout dalam pekerjaan tidak hanya berpengaruh pada hasil kerja Anda, tapi juga dapat meregangkan hubungan dengan orang-orang di sekitar Anda dan menurunkan kesehatan Anda.

Oleh karena itu, apabila ciri-ciri burnout muncul, segera atasi dengan cara-cara di atas. Jika cara tersebut telah diterapkan tapi Anda masih tetap mengalami burnout, coba berkonsultasi kepada  Psikolog untuk mendapatkan penanganan yang tepat atau mungkin pertimbangkan peluang kerja di perusahaan lain.

Salam Sehat

About mumucuantik

Imagine...Explore...Learn...Think...Know

Leave a comment